Curhat Ringan Pascamengikuti Kelas Teknik Fotografi
Pascamengikuti Kelas Teknik Fotografi yang disajikan oleh Mas Tonny Syiariel kemarin, saya merasa memiliki segudang kekurangan.
Selama ini saya memotret “semaunya’. Asal jadi. Pret .... Edit sana edit sini, selesai. Ternyata mengedit adalah suatu kebiasaan yang harus dijauhi.
Terkait dengan memotret “semaunya”, kalau hasilnya jelek, yang dikambinghitamkan kamera. Padahal sejatinya tiada media pemoret yang tidak bagus. Palingan rusak karena dimakan usia atau kalah saing sama harga. He he ....
Tips yang disampaikan pemateri sangat bagus. Sesuai dengan kemampuan daya ingat saya, minimal 60% bisa saya pahami. Andaikan penjelasan diiringi dengan eksekusi tangan sendiri, insyaallah mungkin dapat saya kuasai. Maklum, sudah gaek gaptek pula.
Walaupun demikian, setelah mengikuti kelas teknik fotografi kemarin, setidaknya secara garis besar saya sudah paham cara pengambilan gambar dengan teknik 1/3 kiri kanan, simetris alias di tengah, dan cara membidik satu objek tanpa mengabaikan latar yang kadang lebih cantik daripada fokus utama.
Dan yang tak kalah menarik, bahwa memilih spot untuk membantu daya ingat. Saat berkunjung ke UK pada tahun 2015, momen seperti ini banyak saya lewati.
Terutama di tempat-tempat bersejarah seperti Moseum-moseum misalnya, Birmingham Museum & Art Gallery, Walsall Letter, dan Moseum Transportasi di kota Conventry Tenggara Birmingham. Merek-merek cantik berbahasa Inggris terlewati begitu saja. Sekarang menjadi penyesalan seumur hidup. Tak mungkin saya akan ke sana lagi.
Hal serupa berlaku juga saat saya berkunjung ke Malaysia. Setelah mengikuti kelas teknik fotografi kemarin, hal seperti tak boleh terulang lagi dalam kehidupan saya.
Dan tak kalah menarik, teknik penganbilan foto candid. Sekiranya saya sebagai tukang jepret rasanya tidak susah-susah amat. Tetapi untuk menjadi objek barangkali agak sulit.
Sebab, saya tidak punya bakat acting. Kecuali saat dibidik, saya benar-benar tidak mengetahui kalau saya sedang dipotret. He he ...
Pertanyaannya, andai sasaran candid kita pada orang lain tanpa seizin yang bersangkutan, tau-tau dia tidak sudi difoto, apakah kita tidak dikenakan fasal-fasal tertentu, seperti yang berlaku di negeri bule sana?
Demikian curhat ringan ini saya ungkapkan, semoga bermanfaat. Terakhir saya ucapkan terima kasih kepada pihak SKB, yang telah memberikan kesempatan kepada saya untuk mengikuti kelas bergengsi ini. Saya merasa berutang budi karena belum berbuat banyak untuk SKB. Salam dari Pinggir Danau Kerinci.
****
Waaah... Sayang sekali beberapa momen dulu terdokumentasi sebelum ikut pelatihan ini ya😁 semoga kedepannya bisa kembali lagi ke tempat tsb dan berhasil mengabadikannya lagi☺️🙏
BalasHapusTak mungkin terulang lagi, Mas. Yang bekin saya stres, dukomen yang ada sebagiannya hilang bersama hp.
HapusMomen terindah terlewati ya bund
BalasHapusBetul, ananda. Tak mungkin terulang lagi.
HapusSenang sekali mendengar kalau kelas ini dapat bermanfaat 🙏
BalasHapusAmin. Saya juga senang, Mbak Widz.
HapusSemoga bermanfaat Bu Nursini
BalasHapusAmin, Pak Budi. Terima kasih telah berkenan membacanya,
HapusPagi Nenek Nursini,
BalasHapusSenang sekali jika ada manfaatnya. Utk foto candid, hanya utk sesama teman dan fotonya diberikan ke yg bersangkutan. Selama ini yg difoto selalu senang hati menerima fotonya karena lbh lucu dan alamiah. Tapi kalau dia tdk mau pun, langsung dihapus dan tdk boleh diedarkan.
Salam hangat dan sehat2 selalu yaa.
Terima kasih apresiasinya, Mas Tonny. Oh, begitu aturan mainnya. informasi yang sangat bermanfaat.
HapusAku juga sering melewati momen tempat yang diingat, karena teman yang diajak jalan tidak suka difoto... ihiks...
BalasHapus