Perempuan, Aku Membaca Puisimu Sekali Lagi
Ruang gelap, hantu di dalam kepala, api yang belum padam, gemeretak seperti kayu kering yang terbakar
Puisimu membara
Menghanguskan masa lalu. Tapi takbisa
Kenangan kini menjadi air terjun. Bergemuruh dalam ingatan. Karena rindu tak sepenuhnya bisa dihentikan
Perempuan, aku membaca puisimu sekali lagi. Ada gerimis pada larik puisimu
***
Lebakwana, Desember 2020
Apik puisinya
BalasHapusTerima kasih, Mas Budi.
HapusWuiiih dalam puisinya, ayah
BalasHapusTerima kasih, Mbak Dinni.
HapusKeren puisinya Yah..☺️☕
BalasHapusTerima kasih, Mas Warkasa.
HapusMantap sekali ini, Ayah Tuah, Salaman
BalasHapusSalam hangat, Bung Katedra.
HapusSalaman!
Nah, aku bingung, kolom komen ada dua 😁
BalasHapusPuisi keren
Terima kasih, Mbak Zoreyda. Salam hangat.
HapusTerima kasih, Mbak Zoreyda. Salam hangat.
HapusAyah Tuah, saya suka puisi dengan prosa. Saya mau buat, tapi belum paham. Ini jenis puisi apa, Ayah?
BalasHapusPuisi itu, menurut saya, genre sastra yang paling bebas. Perkembangannya sangat dinamis.
HapusKini kecenderungan puisi dengan gaya naratif ( prosa ). Sedang prosa, ada beberapa pengarang bertutur gaya puisi ( prosa liris ).
Dan ini puisi jenis apa. Biar pembaca yang menafsirkannya sendiri.
Salam hangat, Mbak Ayra.
Dalam ya bagus kerren
BalasHapusTerima kasih, Mbak Hartininita. Salam hangat.
HapusDalam ya bagus kerren
BalasHapus