Kembali ke Bumi
Aku turun ke bumi kala desahmu terbawa bayu mengantar buluh rindu lalu menyapa sukmaku.
Cerita itu lalu datang. Tentang gemintang yang berlarian lintang pukang menyulam langit kelam agar malam tak jadi suram. Demikian engkau tuturkan.
Berkat kau aku kembali ke bumi. Karena kau pandai merajut pelangi dari segenggam renyai yang mengejai dan sejumput mentari yang sembunyi.
![]() |
istockphoto.com |
Bila gurun tak merintangi kau menyapaku, maka tak patut samudra membuatku pilu karena merayu setangkup rindu darimu.
Jika gunung tak menghalangimu menyampaikan warita tentang cinta, maka patutlah pawana menyasap duka dari dada supaya kita bersama.
Aku kembali ke bumi. Karena kau sebarkan asa tentang bahagia di suargaloka yang baka, tempat kita bersuka cita.
Aku tak lagi bersemayam dalam khayalan tak bersempadan, karena aku menyambut bentangan yang kau rentangkan.
Untuk engkaulah aku kembali ke bumi, tempawan hati.
Selalu keren dan mampu membuat siapa saja yang membacanya merasa bahwa puisi ini ditujukan buat dia☺️👍
BalasHapusSebutir Mutiara itu walau ditempatkan dimanapun tetap akan menjadi mutiara ya🙄😂🙏☕
Buat dia dan kamu, uhuuyy! 😂✌️
HapusMutiara dari timur itu kalau ga salah Andi Meriam Mattalatta, heeheh!
🙄😂😂🙏
Hapus👍👍👍
BalasHapus🤭🙏🙏
HapusDiksinya apik tenan, banyak kata unik yang jarang dipakai disusun dengan pas membuat puisi ini memberi kesegaran baru ya...
BalasHapusSeperti hujan yang senantiasa kemabali ke bumi, puisi ini seakan memberi harapan baru menyemai kasih penuh rindu. Mantap!
Teh Desi cocok jd pengamat sastra. Ngerti semuanya, saya ikut belajar donk, Teh.
HapusApik ini mbak. Saya paling gak bisa bikin puisi
BalasHapusPak Budi jago nulis artikel.
HapusSama .. OmBud, saya cuma bisa puisi yang sederhana.. itu juga nunggu idenya lamaa.. ha ha
HapusKerren mba Yana
BalasHapusKyk Mbak Dinni ya kerennya, heheh!
HapusSelalu keren mba Yana mantap jiwa
BalasHapusMantap kyk chef Erina selalu 😘
Hapus