Leukimia Merenggut Lisa
Lisa yang cantik, aktif, dan senang olah
raga itu tiba-tiba terjatuh dan pingsan.
Tidak ada benturan atau tendangan. Semua serba tiba—tiba, usai dari
kantin Lisa berjalan santai dengan Lena, sahabatnya. Sambil minum es buah, ia
bercanda.
Bersama sahabatnya itu sudah pada tahu
bagaimana mereka akrab sejak Taman Kanak-kanak. Rumah mereka berdua memang
berselebelahan di kompleks dekat sekolah. Akrab sejak orok kata mereka kalau
ada yang bertanya.
Sama-sama cantik, pinter, ramah, dan
mereka cukup unik. Biasanya bersahabat itu satu pendiam satu cablak, atau satu
alim satu nakal. Mereka berdua ini sama-sama cablak malah. Kehadiran mereka
sudah diketahui karena keriuhrendahan mereka dalam bercerita.
Rumah mereka tidak terlalu jauh dari
sekolah. Jadi mereka berjalan kaki. Nah sepanjang jalan ini mereka selalu saja
becanda. Orang-orang sudah hafal siapa yang lewat kalau mereka sudah ngoceh
itu. Ramai, tidak pernah kehabisan bahan bicara kayaknya.
Seolah kembar beda bapak dan ibu saja.
Hobbi sama, penyuka membaca dan koleksi buku. Perpustakaan menjadi tempat
favorit mereka. Di sini saja mereka diam dan alim. Beda 180o di
tempat yang diharapkan sepi dan hening ini. mendiskusikan bacaan atau film sampai
tidak bosan-bosan teman yang ada di sekeliling mereka.
Semua itu seolah terhenti pada pagi ini.
seusai pelajaran olah raga, berubah
drastis keadaan.
Bruk, begitu saja jatuh. Dan geger
halaman kelas VI B. Pak Boni yang sedang bercakap-cakap kaget dan sigap membawa
ke UKS. Melihat ada darah dari hidung Lisa dan makin pucat, Pak Boni dan kepala
sekolah berinsiatif membawa saja ke rumah sakit.
Kalau
berbenturan atau bertabrakan, tentu tidak akan ada yang kaget. Itu wajar dan
biasa terjadi. Lha ini meskipun ramai lalu lalang siswa, toh tidak ada yang
bersenggolan pun, apalagi menabrak. Berarti mungkin ada yang parah.
Orang tuanya dihubungi dan bersiap-siap ke rumah
sakit. Usai istirahat kami masuk kelas masing-masing dan berdoa bagi kesembuhan
dan kesehatan Lisa.
Tidak
lama dikhabarkan kalau Lisa akan lama di rumah sakit, karena menderita kanker
darah. Kami, terutama anak-anak perempuan banyak yang menangis. Terutama Lena
yang watktu itu berjalan bareng. Pun ia adalah sahabat baik
di rumah ataupun sekolah.
Bu
Wati mengusulkan kepada kami, teman sekelas untuk mengumpulkan iuran dan besok
membezuk ke rumah sakit. Kami dipesan untuk
tidak boleh bertanya macam-macam, mengatakan tentang penyakitnya, dan hal-hal
yang sekiranya mungkin membuatnya sedih.
Perjumpaan
yang kami khawatirkan akan sedih malah menjadi gelak tawa karena Lisa yang
melucu terus. Seperti yang ia katakan
sudah kangen es buah kantin yang kemarin belum sempat ia minum. Dan ia
plesetkan jangan-jangan dihabiskan Ari, teman kami yang paling usil.
Lisa
sendiri yang bercerita, kalau nanti ia akan gundul dan teman-teman jangan
kaget. Mau meledek juga boleh katanya. Ini yang membuat kami mau mewek
sebenarnya. Tuh Bu Wati pun pura-pura ke kamar kecil, pasti nangis deh.
Kebiasaannya yang ceria dan cerewet
membantunya lebih cepat dan tanggap situasi. Ia tidak terlihat depresi atau
sedih. Malah memuat candaan yang malah membuat kami makin berat menahan tangis.
Ia mengatakan, tolong teman-teman jangan
kasihani Lisa, kalau mau menangis menangis saja, tidak usah disembunyikan, Lisa
sanggup kog.
“Teman-teman,
dan juga Bu Wati, nanti kalau Lisa sehat, Lisa mau sekolah, dan pas perlu rawat
inap, Lisa akan izin, jadi sering bolong-bolong, boleh ya?” tanyanya dengan
tegar tanpa ada air mata atau kesakitan.
“Tentu
boleh Sayang, yang penting sekarang adalah, Lisa sehat dulu ya, dan tidak usah
banyak pikiran ya....” jawab Bu Wati dengan kasih.
Sebulan
kemudian Lisa terlihat masuk, agak kurus dan masih pucat. Namun ceria yang sama
masih dominan. Entah apa iya bisa mengikuti pelajaran yang jelas bahwa kami
telah bersepakat untuk mendukung kehadiran Lisa semaksimal mungkin. Tentu bukan
untuk pelajaran atau nilai sekolah,
namun demi kesembuhan minimal demi semangat Lisa tetap terjaga.
Kami
sering lebih cerewet dan khawatir dengan kesehatan Lisa dari pada dirinya
sendiri. Seperti mengerjakan tugas atau ikut dalam kegiatan. Kami tidak tega
melihat wajah pasinya itu.
Sebulan
masuk, ia lagi-lagi pingsan. Dan kali ini sudah tidak kaget. Karena pihak rumah
sakit sudah membekali kami dengan penanganan pertama. Tidak lama ia sudah
siuman dan ditawarkan untuk diantar pulang atau biar dijemput? Ia memilih
dijemput. Dan orang tuanya tidak lama kemudian sudah datang dan membawa pulang
Lisa.
Paginya
Lisa tidak bisa hadir di sekolah lagi dan berlangsung sekitar seminggu. Pagi
itu ia datang lagi dan lebih kurus. Rambutnya sudah habis sama sekali. Ia tidak
mengenakan topi ataupun kerudung. Pilihan yang tentu tidak mudah. Rambut Lisa
panjang, lurus, dan sangat hitam. Kini botak.
Anak
paling bandel pun tidak ada yang meledek kondisi Lisa. Kami sudah dibekali dengan
baik mengenai hal ini. Dan ternyata efektif. Sama sekali tidak ada yang
meledek. Malah kami cenderung kasihan jadi mana tega menghina.
Sudah
hapal kami dengan kedatangan dan Lisa yang tiba-tiba tidak datang. Usai rawat
inap biasanya lebih kurus dan lebih pucat. Namun semangat dan riangnya masih
sama. Seperti pas datang dengan kepala plontosnya malah ia mengajak macho-machoan, dengan si Ryo yang paling
gagah di antara kami.
Teman-teman
yang bandelnya minta ampun selalu diberi pengertian, pengarahan untuk menjaga
sikap, kata, dan perbuatannya. Kalau sampai membuat Lisa menangis, mereka akan
dihukum yang sangat berat pokoknya. Pendekatan melalui wali kelas dan orang tua
pada mereka yang bandel-bandel ternyata berhasil.
Kerja
keras banyak pihak turut membantu dokter dan pihak medis untuk memberikan
penyembuhan bagi Lisa. Syukur semua berjalan dengan semestinya.
Gelak
tawa asli, bukan kesedihan yang ada. Dan itu membuat binar mata Lisa lebih
besar dan memberikan dampak baik bagi kondisinya.
Tiga
bulan kemudian dokter menyatakan kalau mukjizat itu ada dan Lisa benar-benar
sembuh dari kanker darahnya. Sama sekali tidak ada yang berbahaya lagi. Hanya
memang masih harus kontrol untuk melihat dan mengantisipasi keadaan yang bisa
sangat memburuk.
Khabar
yang menyenangkan bahwa Lisa, teman kami bisa melewati masa sulit itu. Dan
dokter juga mengatakan kalau dukungan kami ikut membantu kesembuhan Lisa.
Bantuan masih diminta untuk kami tetap menjaga dan membantu Lisa tetap
semangat, dan tetap bergembira, terutama mencegah agar ia tidak lelah sehingga
daya tahan tubuhnya bisa tetap prima.
Pilihan
Lisa untuk tegar mampu melawan ganasnya kanker. Ia tentu tidak lupa berobat dan
dalam penanganan yang intensif oleh tenaga profesional. Sikap batin yang tidak kenal menyerah, lingkungan yang
mendukung untuk tegar sangat membantu. Bagaimana penyakit itu perlu dilawan,
bukan takut, namun juga tahu batas.
Pelajaran
berharga. Siapapun bisa sakit. Tidak ada yang mampu menolak, namun perlakuan
terhadap penyakit itu menjadi penting. Ceria, optimis, penuh harapan, sangat
memberikan dampak baik untuk mendapatkan kesembuhan. Keceriaan di dalam
menghadapi penyakit itu bekal melawan yang tidak mudah.
Tidak
mudah bukan berarti tidak mungkin. Semua serba mungkin jika ada kehendak.
Apapun menjadi bisa diatasi jika mau di dalam dan bersama Tuhan tentu saja.
Keceriaan
yang sama pelan namun pasti kembali pada duet Lena dan Lisa. Lena selama ini
menjadi pemurung. Malah menjadi keprihatinan guru-guru jangan-jangan nanti
malah Lena yang depresi dan bisa mempengaruhi kesehatan fisiknya. Syukur dengan
membaiknya keadaan Lisa, Lena juga menjadi lebih baik.
Sikap
kami yang mendukung selama Lisa sakit diapresiasi dokter dengan menyatakan
sekolah kami bisa menjadi percontohan di mana bisa mendampingi anak pengidap
kanker dengan sangat baik. Dukungan keluarga dan teman itu hal yang luar biasa,
berdampak bagus, dan membantu dalam banyak hal.
Kondisi
Lisa makin baik dan pemeriksaan juga menyatakan sudah tidak ada lagi yang perlu
dikhawatirkan. Kini jadwal kontrolnya makin jarang dan itu adalah tanda-tanda
kesembuhan makin mendekati kenyataan.
Semangat
hidupnya membuat daya tahan tubuhnya sanggup melawan sel kanker yang mau
menyerang. Dan itu sudah terbukti. Mukjizat itu nyata.
Salam dan Kasih
Waaah ada mas Susi nih kerrren deh
BalasHapusHiiik hiik
HapusMakasih undangammya
Terima kasih untuk artikelnya Om..bermanfaat☺️👍
BalasHapusMakasih juga kesempatannya
HapusAku ikut manggil Om juga🤭🙏🙏
BalasHapusAsal gak tante apa oma ae
HapusMampir om.
BalasHapusMakasih he he he
HapusAku juga mampir, Om.
BalasHapusSalam sehat untuk Lisa, ya...