“Belum
dapat ide, Bang!” “Ide
banyak, Bang! Tapi gak tahu mulainya dari mana?” “Susah
menulis, Bang! Mesti mengerti aturan tata bahasa yang….” Tiga
kalimat di atas, acapkali menjadi batu sandungan seseorang saat akan menulis. Ini
akan bertambah lagi, dengan kesulitan menyediakan waktu untuk menulis, bahan
tulisan yang belum lengkap, dan anak keturunan alasan lainnya. Hihi… Sesungguhnya,
susahkah, menulis? Nah,
aku sementara akan menjadi pesulap, dan mencoba membuat cara jitu, agar keluhan-keluhan
seperti di atas menjadi hilang. Menulis itu Mudah! Hanya 5 langkah! Pertama.
Ingat! Menulis adalah Kata Kerja! Hematku,
menulis pasti akan susah jika dipikirkan dan dibayangkan. Alasan sederhananya, menulis
itu adalah “kata kerja”. Jadi, jika hanya dipikirkan dan dibayangkan, tak akan ada
tulisan! Yang
acapkali, kita “terlalu jauh” memikirkan atau membayangkan apa yang akan
ditulis. Kesibukan berfikir, akhirnya menumpulkan ide di kepala, untuk
menemukan kata atau kalimat pembuka. JIka
ini terus-menerus yang terjadi, perlahan namun pasti akan mematikan minat
menulis, walaupun sudah duduk manis di depan komputer, laptop, atau telah memegang
ponsel serta kertas dan pena, Kedua.
Mulailah dari yang Disukai Jika
seseorang adalah pecinta bakso, maka, mulailah menulis yang berhubungan dengan
bakso. Tunda dulu memaksa diri menulis tentang pizza atau spaghetti yang belum
pernah dicoba atau sulit ditemui. Gegara dua makanan itu dianggap “lebih
bergengsi”. Dengan
satu kata kunci “bakso”, akan terdapat varian banyak bahan tulisan yang banyak.
Mari, kita simulasikan. Dari
bahannya, ada bakso daging sapi, bakso ikan, bakso telor ayam, bakso telor
puyuh, bakso urat, bakso cabe rawit, bakso isi tahu, bakso keju dan lain-lain,
tah? Nah, coba saja tuliskan perbedaan rasa beragam bakso itu menurut lidahmu? Tulisan
terlalu sedikit? Coba lagi ditambah, bayangkan bagaimana makan bakso di saat cuaca
hujan atau panas? Bagaimana jika menikmati bakso itu di rumah, di warung bakso,
di tepi pantai, di pegunungan atau di pinggir danau? Masih
kurang? Bayangkan lagi, jika makan banso sendiri, bersama teman-teman dekat,
teman-teman satu kelas, atau bahkan satu keluarga besar? Keseruan apa yang
mungkin bisa terjadi? Tinggal tulis, kan? Ketiga.
Mulailah dari yang Terdekat. Aku
sepakat dengan ujaran si penemu atom, “tak seorangpun mampu memenjarakan
imajinasi.” Dan semua orang pasti memiliki itu. Begitu juga dengan menulis. Semisal
di musim kemarau yang berdebu dan suhu panas kerontang. Tak hanya membayangkan
menikmati es krim dan aneka jus. Sah saja, seseorang kemudian menginginkan
turunnya hujan serta memiliki keinginan mandi sepuasnya dengan air hujan. Imajinasi
akan terus berkembang, ketika membayangkan bukan lagi hujan. Tapi butiran salju
yang lembut jatuh perlahan menyentuh wajah, tangan atau sekujur tubuh. Terus bersama
teman-teman, kumpulan salju itu dikepalkan menjadi bola-bola salju dan saling lempar!
Seru, kan? Halah!
Indonesia mana ada salju? Hayalannya kejauhan! Balik
lagi saja tanpa membahas salju. Setelah puas berbasah-basah dengan air hujan, Bayangkan
menikmati segelas kopi atau teh hangat dengan sepiring goreng pisang. Atau menikmati
semangkok mie telor pedas dengan kerupuk Palembang atau kerupuk melinjo
(emping)? Maknyus, kan? Bermain
lemparan salju dan menikmati semangkok mie telor pedas, memiliki sisi cerita
yang berbeda dan menarik, tah? Keempat.
Mulailah dari yang Dianggap Mudah! Pernah
ada yang bilang padaku, ingin menulis novel atau cerpen, tapi susah! Ketika ditanya
kesulitannya apa? Kendalanya cuma satu,
belum pernah menulis! Tuh, kan? Keinginan
menulis cerpen atau novel, pasti suatu yang keren. Namun, hematku, proses menulis
itu seperti menaiki anak tangga. Nikmati dulu setiap undakan dari yang paling
bawah hingga sampai ke puncak. Jadi,
menurutku, simpan dulu keinginan itu. Mulai saja dengan menulis status di media
sosial satu atau dua kalimat, apa yang dipikir atau dirasakan. Tterus setiap
hari bertambah banyak kalimat. Atau bisa dirangkai menjadi satu puisi. Jika
sudah terbiasa, Tak usah heran, jika suatu saat satu puisi bisa menjadi dasar
cerita sebuah cerpen. Bahkan tak menutup kemungkinan menjadi novel! Kelima.
Jadilah Pembaca yang Baik! Ada
perbedaan yang jelas antara pembaca dan penulis. Pembaca belum tentu penulis,
tapi Penulis pasti pembaca. Setahuku,
hanya ada 3 ajang penghargaan bagi pembaca. Yaitu Pembaca Alqur’an, Pembaca
berita televise dan pembaca Puisi. Bandingkan dengan kompetisi menulis? Begitu
juga julukan seseorang. Akan mudah ditemukan “penulis terkenal” berbanding “pembaca
terkenal”. Iya, kan? Jadi,
Ibarat pergi berperang, membaca adalah “gudang peluru” yang mengisi senjata untuk
menulis. Banyak yang suka membaca. Namun jejangan bukan termasuk pembaca yang
baik. Lah? Emang ada pembaca yang baik? Menurutku,
pembaca yang baik, tak hanya mampu memahami bacaan dan bisa menjelaskan dan
menulis ulang hasil bacaan tersebut dengan bahasa sendiri. Pembaca
yang baik, tak lagi sekedar menikmati bacaan. Namun juga memperhatikan cara
menulis, tampilan paragrap (singkat atau panjang?), tanda baca dan huruf
kapital yang digunakan serta susunan jalan cerita (plot). Menjadi
pembaca yang baik, akan memandu kita menjadi penulis yang baik. Karena gaya dan
cara menulis akan dipengaruhi oleh membaca. Semakin berkualitas bacaan
seseorang, akan semakin baik hasil tulisannya. Wuidih!
Udah panjang aja! Udah, ya? Coba saja lakukan 5 Langkah menulis ini! Selamat mencoba! Curup,
03.06.2020 Zaldychan
Berbagi
6 komentar
untuk "Menulis itu Mudah! Hanya 5 Langkah!"
Kereen, kerren dan kerreen😊
BalasHapusWah..mantab, ajaran dari suhu. Langsung dipraktekkan..
BalasHapusTerimakasih um Zaldy
Bermanfaat ini. Terimakasih
BalasHapusBermanfaat. Trims suhu☺️😂🙏
BalasHapusMantaph
BalasHapusOk saya coba Uda
BalasHapus