Menghitung Jarak tentang Angka-angka yang Tak Pernah Beranjak
Adakah kau pernah merasakan malam lebih daripada malam. Angin tak tahu, juga tak ada dentang saat tiang listrik dipukul petugas ronda
Pagi lebih gigil dari biasanya
Tak ada api sebagai penghangat, apatah lagi segelas kopi. Ruang tamu berkarat, dirompak lamunan-lamunan hingga kesedihan berlarat
Percakapan menjadi sunyi
Di sebelah rumah terdengar tawa menghidupkan televisi, mengucapkan selamat pagi air mata. Ada cahaya berpendar menyelusup di bola mata, berharap menjadi pelangi sebelum senja tiba
Tiba-tiba aku seperti dihantui menghitung jarak, tentang angka-angka yang tak pernah beranjak
Aku masih berharap ada ketukan di pintu, tapi ternyata itu khayalanku saja. Aku masih duduk di sini
***
Cilegon, Mei 2020
Aku masih duduk disini dan sendiri...😂🙏
BalasHapusNggak bisa mudik, lagi. Hehehe.
HapusDuduk bersama sepi
BalasHapusSepi duduk sendiri.
HapusTentang sepi yang sangat sunyi dalam penantian hadirnya seseorang
BalasHapusTerimakaaih puisi indah ini Ayah Tuah
Salam hangat Mbak Ari
HapusPuisi yg dalam maknanya...
BalasHapusTerimakasih ayah Tuah 🙏
Salam hangat Mbak Dewi.
HapusTok....tok....tok
BalasHapusNah, ini dia, yang ditunggu datang 😀😀😀
HapusAyaaahhh... udah gedor-gedor dari tadiii ... gak dibukaiin n... 😁
BalasHapus👍👍👍
BalasHapus