Tetralogi Air & Api-Lahirnya Air dan Api
dokpri |
Alam adalah pemikir yang hebat
Alam adalah pecinta yang kuat
Alam adalah penyihir yang sakti
Alam adalah pemarah yang baik hati
Jangan buat dia berpikir tentang semuanya salah manusia
Jangan bercinta dengannya jika kau lukai dia
Jangan mengubah apapun tentang keseimbangannya
Jangan buat dia murka karena murkanya adalah bencana
Bab II
Padepokan
Sanggabuana. Sebuah padepokan yang asri.
Megah dan gagah. Terletak di
puncak Gunung Sanggabuana. Termasuk
wilayah Kerajaan Galuh Pakuan. Kerajaan
di tanah Pasundan
yang memiliki sejarah panjang sebagai kerajaan dengan struktur yang kuat secara
turun temurun.
Pagi
itu sangat cerah. Cahaya pagi menerobos
di sela-sela
pepohonan. Mencoba mencapai tanah dengan
susah payah. Burung-burung membuka perjamuan
dengan beraneka ragam suara. Tupai muda
yang tersesat, mencari jalan pulang dengan tergesa-gesa. Seekor kumbang hinggap di bunga
kemuning. Mencoba merayu si bunga agar
bisa mendapat sedikit rasa manis di
hidupnya yang selalu berdengung. Suasana
benar-benar
terasa riang. Terutama saat diramaikan
oleh langkah–langkah mungil bocah perempuan kecil yang sedang mengejar kupu-kupu di halaman
padepokan. Usianya baru sekitar lima tahun
tapi langkah kakinya sangat gesit dan lincah.
Wajahnya bulat cantik seperti peranakan bulan purnama. Rambutnya yang panjang dikucir ekor kuda
melambai-lambai
menantang angin agar membuatnya
terurai. Kupu-kupu yang dikejarnya
tidak terlihat ketakutan. Bahkan lebih
banyak menggoda dengan terbang rendah mengitari kepala si gadis mungil.
“Dewi
Mulia Ratri, saatnya berlatih sayang,” seorang laki-laki muda muncul dari
balik pohon dan tersenyum manis.
“Baiklah
Ayah. Tapi aku tidak mau lagi berlatih
dengan anak manja dari istana itu,” sahut Dewi Mulia dengan mulut
cemberut. Laki-laki itu tersenyum
sabar. Mengangkat Dewi Mulia dalam
pelukannya dan berkata lembut,”Dewi Mulia Ratri, jawab pertanyaan ayah hari
ini.”
“Siapakah
ayahmu nak?”
“Pendekar
Sanggabuana Ayah.”
“Padepokan
Sanggabuana di wilayah kerajaan mana cantik?”
“Galuh
Pakuan Ayah.”
“Siapa
nama anak manja yang kau sebut tadi?”
“Pangeran
Bunga Ayah.”
“Dan
siapakah Pangeran Bunga itu geulis?”
“Adik
tiri dari putri mahkota Ayah.”
“Artinya
apa bageur?”
“Artinya
dia layak diiisengin Ayah...hihihi,”
Dewi Mulia terkikik geli membayangkan dia akan menemukan sebuah ide
cemerlang untuk mengusili pangeran kecil itu.
Pendekar
Sanggabuana terbelalak mendengar ucapan putrinya, namun akhirnya tertawa
terbahak-bahak
sambil mencium pipinya dan menurunkannya kembali,” Baiklah. Sekarang pergilah ke ruang latihan. Hari ini kita mendapatkan tamu yang sangat
istimewa dari Jawi Wetan. Seorang
pendekar yang sakti tapi aneh.
Mudah-mudahan kamu berjodoh mendapatkan sedikit petunjuk darinya.”
Dewi
Mulia berkacak pinggang di depan ayahnya,”Siapa nama tamu itu Ayah?”
Sambil
tersenyum sabar, Pendekar Sanggabuana menjawab.”Orang tidak banyak yang tahu
nama aslinya. Tapi lebih banyak orang
mengenalnya sebagai Pendekar Pena Menawan.
Salah satu pendekar hebat pembela kebenaran yang unik, nyentrik dan
menarik.”
Dewi
Mulia Ratri segera berlari menuju ruang latihan tanpa ba bi bu lagi. Gadis kecil itu selalu tertarik terhadap hal-hal baru. Terutama yang mempunyai sangkut paut dengan
sihir dan ilmu kanuragan.
Langkahnya
terhenti tiba-tiba
karena dilihatnya seorang pemuda kecil sedang berjalan pelan diiringi oleh
seorang pemuda tanggung bertubuh tegap menuju ruang latihan. Agak jauh di belakang berjalan dua laki-laki tinggi besar
berwajah sangar dengan sikap waspada.
“Hmmm, pangeran manja itu kemana-mana selalu diikuti dayang-dayang jeleknya.” Pikiran
Dewi Mulia Ratri berputar seperti gasing bermesin. Sambil tersenyum simpul dia mengendap-endap di belakang
mereka. Diambilnya sebatang ranting
kecil, dipejamkannya mata sambil komat kamit dan seekor ular kecil aneh dengan kepala
yang sangat besar sekarang ada di tangannya.
Menggeliat-geliat,
menjulurkan lidah yang anehnya tidak bercabang.
Mengerahkan
sedikit tenaga. Dilemparkannya ular itu
di depan pemuda kecil itu. Pangeran
kecil berwajah bersih dan tampan itu terlompat kaget saat tiba-tiba di depannya muncul
seekor ular aneh. Wajahnya memucat,
bibirnya bergetar. Tubuhnya terdiam
terpaku. Mulutnya tergagap gagap,
“Astanaaaaaaa.....Sandakaaaaa...Sandikaaaa...
ttttoooloongg....!!”
Pemuda tanggung berbadan tegap yang dipanggil
Astana melompat ke depan Pangeran Bunga.
Tubuhnya yang sudah bersiaga, menegang melihat pemandangan ganjil di
depannya. Wujud ular aneh itu semakin
lama semakin membesar. Sebelumnya hanya
seukuran ibu jari, kini menjadi sebesar paha orang dewasa. Dua raksasa pengawal Pangeran Bunga juga
telah berlarian ke depan Pangeran Bunga.
Dua raksasa kembar pengawal istana yang berilmu tinggi itu kini juga
terperangah kaget. Akan tetapi dengan
sigap Sandaka dan Sandika mencabut pedang besar dari pinggang masing-masing dan
siap menyerbu sang ular yang sekarang menegakkan tubuhnya yang semakin membesar
hingga seukuran pohon pepaya. Dengan
ngeri, Pangeran Bunga, Astana, Sandaka dan Sandika, melihat ular itu berubah
menjadi naga! Api menyembur-nyembur dari kedua lubang hidungnya yang
besar. Matanya merah menyala. Kedua taringnya meneteskan lendir berbau
busuk dengan warna merah semerah darah.
Dewi
Mulia Ratri yang melihat dari kejauhan melongo saking tak percaya dengan hasil
perbuatannya. Selama ini dia belajar
ilmu sihir dari paman kakeknya di pesisir Cilamaya, Ki Rangga. Dia bisa merubah tali menjadi cacing. Potongan kapas menjadi burung kecil. Bahkan selembar kain menjadi permadani. Tapi dia tak menyangka sama sekali bahwa ilmu
sihirnya sudah setinggi ini! Merubah
ranting kering menjadi naga! Dada Dewi Mulia Ratri membusung bangga, nafasnya
kembang kempis dengan pongah. Dia
menggerakkan kedua tangannya untuk merubah naga itu ke wujud semula. Karena dilihatnya kehebohan ini telah
menjalar ke seantero padepokan. Banyak
orang berkumpul menyaksikan kejadian langka ini. Dia takut ayahnya akan marah besar melihat
kelakuannya.
Alangkah
kagetnya Dewi Mulia Ratri ketika naga raksasa itu tidak terpengaruh dengan
lambaian tangan sihirnya. Bahkan sang
naga kini beralih menatap ke arahnya dengan garang dan penuh amarah. Dewi Mulia Ratri menjerit ngeri ketika naga
itu tiba-tiba
menyemburkan api dari mulutnya dan menyerangnya dengan ganas. Dewi Mulia Ratri menggulingkan tubuhnya
menghindari api yang panas membakar itu.
Kemudian menegakkan tubuh, melepas ikatan rambutnya yang berbentuk
burung rajawali. Mengerahkan seluruh
kekuatan pikiran dan sihirnya.
“Berubahlah menjadi rajawali raksasa...., makan ular jelek itu!” begitu kekuatan sihirnya memerintah. Dan berubahlah ikat rambut itu
menjadi.....burung pipit pemakan padi, yang langsung bercicit terbang menjauh
karena ketakutan.
Naga
itu bergerak mendekati Dewi Mulia Ratri.
Dengusan amarahnya terlihat semakin menghebat. Asap yang keluar dari hidungnya semakin tebal
dengan warna putih kemerahan. Dewi Mulia
Ratri yang biasanya tak kenal takut, kini mencelos penuh kengerian. Memandang pasrah karena dia tahu tak ada
gunanya melawan sihir yang di luar jangkauan kemampuannya.
“Bluuuubbss....Plassss!”
Naga
di depannya tiba-tiba
menghilang secara ajaib. Jatuh ke lantai
berupa ranting kering kecil seperti bentuk semula.
“Waaahh....Pendekar
Sanggabuana...kisanak punya keturunan yang luar biasa. Ijinkan aku memberinya sedikit goresan dari
penaku yang tua...”
Muncul
di hadapan Dewi Mulia Ratri. Pendekar
Sanggabuana bersama seorang setengah baya yang masih terlihat gagah meskipun
rambut di kepalanya putih dan panjang awut-awutan.
“Dewi,
ayo beri salam pada sahabat ayah yang luar biasa ini. Apalagi dia telah berkenan memberimu setetes
dari selautan ilmu yang dimilikinya.”
Dewi
Mulia Ratri yang kini bernafas lega karena lepas dari kengerian, melangkah maju
dan mencium tangan pria setengah baya itu.
Dia bisa menduga bahwa pria inilah yang menciptakan naga dari ranting
tadi.
“Salam
paman. Itu tadi luar biasa! Bolehkah paman mengajarkan ilmu yang dahsyat
tadi kepadaku? Dan bolehkah saya tahu
nama paman yang baik?”
“He
he he...kamu boleh memanggilku Paman Biantara.
Itu adalah ilmu biasa yang disebut Alihing Sukma nak. Caranya sangat mudah. Kita hanya memindahkan sebuah nyawa ke dalam
sebuah wujud sesuai dengan yang kita inginkan.
Aku lihat, kamu sudah bisa melakukannya.
Hanya saja perlu keteguhan hati dan kebersihan pikiran untuk membuatnya
menjadi sesuatu yang lebih besar, lebih tinggi, lebih dahsyat...perlu banyak samadi
dan tirakat nduk...kuncinya adalah kejernihan hati”
Dewi
Mulia Ratri mengangguk takzim mendengar itu.
Kemudian dia mengikuti ayah dan Ki Biantara masuk ke ruang latihan
diikuti dengan yang lainnya. Dewi Mulia
masih sempat melirik Pangeran Bunga yang terlihat masih syok. Dia tidak tahu bahwa mata pangeran kecil itu
berkilat penuh dendam ketika melirik ke arahnya.
Dan
semenjak saat itu, secara rutin Ki
Biantara memberikan ilmunya kepada Dewi Mulia Ratri saat dirinya mampir ke
padepokan Sanggabuana setiap enam purnama sekali selama satu purnama penuh.
**
https://shopee.co.id/buruh.proletar_2020
Ternyata antara air dan api terbentang kisah yang uhuy..
BalasHapusAlam adalah pemikir yang hebat
BalasHapusAlam adalah pecinta yang kuat
Alam adalah penyihir yang sakti
Alam adalah pemarah yang baik hati
Jangan buat dia berpikir tentang semuanya salah manusia
Jangan bercinta dengannya jika kau lukai dia
Jangan mengubah apapun tentang keseimbangannya
Jangan buat dia murka karena murkanya adalah bencana
🙄 Dan pada alam aku berguru😂🙏 keren mas👍