Secangkir Kopi Rasa Cinta
Dokpri
Katamu
cinta tak harus memiliki. Karena kau sadar bahwa tidak semua keinginanmu itu
bisa terwujud di dunia. Tapi menurutku, Jika kau memang benar-benar
mencintainya, maka cara terbaik untuk menjaganya adalah dengan cara terus
berjuang untuk membuatnya tetap 'ada'. Karena hidup ini adalah perjuangan dan
bukan hanya sekedar kata-kata, "Jalani saja".
Dari
secangkir kopi susu buatanmu, aku belajar bahwa rasa pahit itu bisa kunikmati saat bersamamu. Asalkan pas
takarannya antara kopi dan susu yang menyertai di setiap adukannya. Dan dari
secangkir kopi yang biasa kau sajikan kusus buatku sebelum Senja
menghampiriku. Aku banyak belajar
tentang arti cinta dan kehidupan yang sesungguhnya dari secangkir Kopi dan Senja
yang selalu kau ceritakan untuk menemani malamku.
Tahukah
kau? Saat kuterjaga di tengah malam dan lagi-lagi tidak menemukanmu berada di
sisiku, hujan yang turun di malam hari diam-diam telah menceritakan semuanya
kepadaku. Cerita tentang kau dan Aku, cerita tentang Senja dan cermin buramnya di
sore hari dan juga cerita tentang secangkir kopi rasa cemburu yang selalu kau
sajikan kusus buatku sebelum engkau pergi meninggalkanku sendirian di tempat
ini.
Hujan
telah menceritakan semuanya, termasuk dimana letak makam tempat kau pernah
menguburkan masa lalumu. Masa lalu yang sampai saat ini masih saja terus
menghantui hari-harimu saat kau tengah bersamaku. Hujan juga telah menceritakan
semuanya kepadaku, kenapa kau diam-diam selalu pergi meninggalkanku, di saat
aku telah terlelap tidur dan masuk ke alam mimpi, dimana masa lalumu itu selalu
hadir menjadi mimpi-mimpi burukmu.
Apakah kau
masih ingat? Saat pertama kalinya kau usapkan jemari tanganmu, sambil berusaha
membersihkan debu-debu masa lalumu yang saat itu telah menyatu bersama noda-noda
jalang yang selama ini menutupi pantulan wajahmu di dalam cermin itu?
Mungkin
saat ini kau telah melupakanku seperti halnya kau telah melupakan semua
ucapanku kepadamu, ucapan saat aku berkata sambil mengusap air mata yang saat
itu terus jatuh di atas kedua pipimu.
Saat itu,
sambil menatap kedua matamu Aku berusaha merasakan rasa mu. Di awal aku
mengenalmu, dulu aku selalu berkata, "Aku adalah cermin yang berdiri tegak di hadapanmu.
Karena sesungguhnya Kamu adalah Aku dan Aku adalah Kamu. Sebab rasaku adalah
rasamu dan rasamu adalah rasaku."
Sekarang,
berhentilah mengatakan, "Rasa pahit ini bisa kunikmati asalkan kau adalah
cangkir dari kopi yang bisa kunikmati setiap hari." Karena aku tahu bahwa
sesempurna apapun kopi hasil racikanmu, Kopi tetaplah kopi yang mempunyai sisi
pahit dan tidak mungkin bisa kau sembunyikan dariku dengan semua cerita
manismu, cerita tentang kentalnya susu
yang tercurah tidak semestinya di dalam cangkir berisi air kopi yang menjadi simbol
warna hitamku selama ini.
Berhentilah
tersenyum dan berpura-pura bahwa kau bahagia dengan mencoba tersenyum di
depanku saat hatimu tengah menangis ketika meminum kopi hasil racikanmu itu
bersamaku.
Katakanlah
sejujurnya jika kau memang tak bahagia.
Tak perlu kau terus membohongi dirimu sendiri dengan selalu mengatakan,
"Aku bahagia dan baik-baik saja bersamamu dan Senja yang tidak mungkin
engkau tinggalkan demi aku,"
Tak perlu
kau berbohong untuk membuatku bahagia, karena sesungguhnya, akupun ingin kau
bahagia. Dan kurelakan kau bersamanya asalkan kau bahagia.
Selesai
Catatan:
Cerita ini hanya fiktif belaka. Mohon dimaafkan jika ada kesamaan nama tokoh,
tempat kejadian ataupun cerita, itu adalah kebetulan semata dan tidak ada unsur
kesengajaan. Cerita ini juga tayang di Kompasiana
Bagus sekali
BalasHapusHihihi..
HapusAsalkan dia bahagia dengan yang lain....
BalasHapusHikz..
Hikz..
HapusAsalkan kau bahagia...
BalasHapusIya ayah..😅
HapusBertutur lancar, menarik. Keren.
BalasHapusHihihi..😅😂🙏
Hapus