Secangkir Kopi Susu
**
Tubuh ini terasa sudah begitu letih.
Tapi entah kenapa, mata dan pikiranku, sepertinya sedang tidak mau untuk kuajak
berhenti, walau barang sejenak. Di dalam salah satu ruangan di rumah ini,
pikiran dan rasaku, sedari tadi masih
terus memaksaku. Agar tetap
berada di sini, di depan laptop, di antara puntung-puntung rokok yang
‘menggunung’ tinggi di dalam asbak rokok, yang berada di atas Meja kerjaku.
Jam di dinding sudah menunjukan
pukul 02.30 WIB. Sambil melihat waktu, sesekali kulirik secangkir kopi susu di
sebelah laptop kesayanganku. Secangkir kopi susu yang sama sekali belum
tersentuh olehku hingga saat ini.
Kedua mataku sudah terasa perih,
mengingat sudah ber-jam- jam rasanya aku hanya duduk dan berdiam diri di tempat
ini. Kuambil sebatang rokok, kubakar, kuhisap dan Aku hembuskan secara
perlahan-lahan.
Sambil memandangi wajah Putri
cantikku. Kuteguk kopi susu yang tadi sempat di buatkan oleh Wanita cantik
berjilbab hitam sebelum dia kutinggal pergi di tempat ini.
Tubuhku terasa begitu letih, tapi
pikiran dan rasaku terus memaksa jemariku untuk terus bergerak, menekan tombol
dan angka di keyboard laptop yang selama ini begitu setia menemani malam-malam
panjangku di dalam ruangan ini.
Sambil sesekali menghembuskan asap
rokok dari dalam mulutku, di dalam kesendirian, di antara alunan suara musik
yang mengalun pelan, sekali lagi kutatap wajah cantik gadis kecil yang saat ini
aku tahu tengah tertidur lelap di dalam kamar bersama ibunya.
Aku akui beberapa malam ini, aku
begitu asyik dengan duniaku sendiri. Hingga aku sedikit mengabaikannya. Seperti
malam tadi. Dari dalam ruangan ini. Dari balik dinding tipis yang membatasi
antara duniaku dengan dunianya. Kulihat gadis kecil itu masih bercanda ria,
bersama dengan teman-teman sepermainannya. Teman-teman bermainnya yang
terkadang hanya dia saja yang mampu untuk melihat dan berbicara dengan mereka
di dunianya
Dan entah apa yang baru saja terjadi
di dunianya. Saat dia tengah bermain dengan teman-teman seusianya. Tiba-tiba
saja dia seperti ingat denganku. Dan langsung saja berlari meninggalkan
teman-teman sepermainannya untuk menyusulku ke tempat ini.
Saat gadis kecil itu menyusulku
ketempat ini, aku tengah berbicara dengan temanku yang biasa menemaiku hingga
larut malam di dalam ruangan ini. Dan, sebelum aku sempat mencegah gadis kecil itu
masuk ke dalam ruangan ini, kulihat dia sudah berdiri di sampingku. Padahal aku sudah
selalu mengingatkannya, bahwa di dalam
ruangan ini ada “Asap rokok yang tidak baik buat kesehatannya.”
Dan seperti biasa, dia memang tidak
pernah memperdulikan laranganku untuk tidak masuk ke dalam ruangan ini, sebelum
aku membersihkan sisa-sisa asap rokok yang sudah memenuhi ruangan ini.
Gadis kecil itu sudah menarik-narik tangan kiriku. Mengajakku ikut ke dunianya, menemaninya bermain seperti biasa, sambil mengatakan.
Gadis kecil itu sudah menarik-narik tangan kiriku. Mengajakku ikut ke dunianya, menemaninya bermain seperti biasa, sambil mengatakan.
“Mereka jahat! Putri tidak mau lagi
main sama mereka.” katanya lagi sambil kembali menarik tanganku, memaksaku agar segera
beranjak dari tempat dudukku.
“Ah.. lagi-lagi aku mengabaikan
bidadari kecil itu,” kataku pada Wanita cantik berjilbab panjang warna hitam
yang saat ini tengah berdiri di sebelahku.
Wanita cantik berjilbab panjang
warna hitam di sebelahku ini cuma tersenyum, menatapku, lalu menatap Bidadari
kecilku. Melangkahkan kakinya, mendekat ke arah gadis kecil yang baru saja
masuk ke dalam ruangan ini, selanjutnya, dengan kasih dia mencium kening
Bidadari kecilku yang terlihat begitu lucu dan menggemaskan itu sambil
mengerlingkan sebelah matanya kepadaku.
“Pergilah dulu, temani dia bermain
dan setelah itu, kembalilah ke ruangan ini, karena aku menunggumu di sini.”
kata Wanita cantik berkulit kuning langsat yang selalu mengenakan jilbab
panjang berwarna hitam itu, sambil membelai rambut Bidadari kecilku.
Gadis kecil yang sedari tadi
menarik-narik tanganku untuk segera ikut bermain ke dunianya itu terlihat
heran, tatkala melihatku tersenyum sambil menganggukan kepala, tapi bukan
kepadanya.
Wanita cantik berkulit kuning
langsat itu tersenyum, melihat tanganku di tarik-tarik oleh Bidadari kecilku
pergi meninggalkannya, sendirian di dalam laptop-ku di
atas meja kerja yang masih terus menyala.
Bersambung
Catatan:
Cerita ini hanya fiktif belaka. Mohon dimaafkan jika ada kesamaan nama tokoh,
tempat kejadian ataupun cerita, itu adalah kebetulan semata dan tidak ada unsur
kesengajaan
Siiiip ditunggu episode berikutnya 😁😁
BalasHapusBaiklah.. di tunggu ya😂🙏
HapusSiaaaap
HapusHuwaa ha ha ha haaa
BalasHapusGafia kecilku jeran mengapa ayah senyum dwngan laptop
Ada ava gerangan di sana?
Hantuuuuu ha ha haaaa
Hihihi..😂
Hapus