Pasak Cinta untuk Sang Drakula (Bagian ke 2 dari 3 bagian)
![]() |
Gambar: https://images.pexels.com |
Di depan
gedung pengadilan. Pria tambun
berpakaian perlente itu menatap pongah pada kerumunan kamera. Dia dinyatakan tidak bersalah oleh pengadilan
atas kasus korupsi yang dituduhkan kepadanya.
Sorotan lampu blitz tak pernah berhenti menerpa muka sang pejabat. Memantulkan wajah bopeng hukum yang dengan
mudah bisa ditelikungnya.
Pria itu
memasuki mobil mewah yang telah menunggunya.
Sebuah mobil limousin panjang hitam dan berkilau. Sang ajudan memberi hormat dengan gaya
berlebihan, membukakan pintu belakang, menutupnya setelah sang pejabat masuk,
lalu menghenyakkan pantatnya di samping pengemudi.
Sang pejabat
menghapus sedikit peluh di dahinya.
Mengetuk jendela pemisah antara pengemudi dan penumpang. Memberi isyarat supaya cepat pergi. Dia juga harus menelepon beberapa orang. Penting.
Limousin itu
bergerak meninggalkan gedung pengadilan.
Lambat saking banyaknya wartawan peliput yang masih mengejar dan
mengetuk pintu jendela meminta pernyataan lebih lanjut dari sang pejabat. Sementara sang pejabat di dalam mobil dengan
santainya menelepon kesana kemari mengabarkan kepada para kolega mengenai
kemenangannya.
“kabari aku
kalau kalian nanti terlibat masalah yang sama mengenai korupsi. Aku akan membereskannya!”
Sang Pejabat
meletakkan hape. Merasakan ada
seseorang. Menoleh ke samping tempatnya
duduk yang tadinya kosong. Lelaki itu
tersenyum kepadanya. Taring panjang
berkilat terlihat di kedua sudut mulutnya yang menyeringai.
-----
Seorang pejabat teras negeri ini tewas
kehabisan darah di dalam limousin mewah miliknya.
Tubuhnya mengering seperti pohon jati yang
disuntik mati.
Ajudan dan pengawal tidak menyadari
atasannya mati. Baru sadar setelah
sampai di rumah.
Tajuk-tajuk
berita itu menghiasi media cetak maupun elektronik. Sania tidak paham apa yang terjadi meskipun
berkali-kali pop up broadcast
bertubi-tubi singgah di layar hapenya.
Gadis ini lebih memilih browsing
tentang drakula. Masih merinding
mengingat kejadian di rumah Sonya.
Saat itu,
setelah gembira bisa menemui Sonya yang ternyata tidak kurang suatu apa, Sania
harus menemui kenyataan pahit. Sonya
yang akhirnya memang terlihat gembira, meskipun pada awalnya menerima dengan
aneh dan kikuk, mengajak Sania masuk ke dalam rumah.
Keduanya
saling bercengkrama seperti biasa.
Bercanda tentang pemuda-pemuda brengsek yang menyukai Sania, sampai
dosen killer yang ternyata naksir
berat kepada Sonya. Sania yang larut
dalam suasana, lupa pada kejadian aneh di gang Sang Pangeran. Makan dan minum apa yang disediakan Sonya
tanpa prasangka apa-apa.
Begitu
terbangun dari pingsannya karena obat tidur yang dibubuhkan Sonya pada minuman,
Sania mendapati dirinya terikat di ranjang dengan mulut tersumpal sapu
tangan. Namun kedua telinganya yang
bebas masih bisa mendengar semacam perdebatan di luar kamar.
“Aku sudah
menyediakan mangsa seperti yang kamu mau.
Kenapa kau tidak segera membunuhnya?” itu suara Sonya. Bunuh?
Apakah sahabatnya itu mabuk berat?
Kenapa pula aku disebut mangsa dan main bunuh segala?
“Maaf
Sonya. Aku tidak bisa. Dan aku tidak
berkewajiban untuk memberitahumu apa alasannya.” Heii, itu suara lelaki ganteng yang ditemuinya
di gang! Sania hafal. Gadis itu sampai memerah mukanya karena
malu. Dalam keadaan seperti ini saja dia
masih teringat betapa manisnya senyum lelaki ganteng itu. Uh,
mungkin aku memang gadis mata keranjang.
Tak tahu malu!
“Tapi
Vlad....” Sonya masih merengek. Sania
jadi mual mendengarnya. Meskipun dia
tidak yakin apakah rasa mual itu timbul akibat sikap Sonya atau karena dia
sedang masuk angin berat.
Oh jadi namanya Vlad. Keren juga.
Seperti nama bintang film indo saja.
Shit! Sania memaki dirinya
sendiri. Kenapa pula dia jadi melantur
begini.
Perbincangan
di luar kamar tak terdengar lagi. Sonya
masuk kamar sambil membawa pisau kecil yang sangat tajam. Gadis ini berniat melukai leher Sonya untuk
memancing rasa lapar Vlad yang mengikutinya dari belakang.
Begitu
lengan Sonya terayun untuk menyayat leher Sania, sepasang tangan kuat
menahannya. Meskipun begitu kulit leher
Sania masih sempat terserempet dan berdarah.
Mata Vlad langsung memerah seperti saga begitu melihat darah
menetes-netes. Haus. Dalam satu dua hari ini dia memang sudah
harus meminum darah manusia. Sudah jatah
bulanannya. Tapi begitu matanya bertemu
dengan mata Sania, Vlad seperti disiram air es dua galon. Dingin tapi menyenangkan.
Sialan! Mata itu sungguh-sungguh menghipnotisnya
tanpa dia tahu alasannya.
Tanpa banyak
bicara Vlad melepas semua ikatan Sania.
Memberi isyarat gadis itu untuk cepat pergi. Namun melihat Sania hanya bengong tak bergerak. Menatap bergantian antara dirinya dan Sonya,
Vlad menyeringai memperlihatkan kedua taringnya untuk menakuti Sania supaya
gadis itu segera berlari pergi.
Tapi memang
dasar gadis jenaka yang sudah kehilangan rasa takut kepada Vlad, Sania malah menjulurkan lidahnya dan ganti
menyeringai! Memperlihatkan giginya yang gingsul sebelah! Vlad geli namun kesal. Ditariknya tangan Sania sampai keluar rumah. Ditatapnya mata gadis itu dalam-dalam sambil
mengerahkan kekuatan hipnotisnya. Pergi.
Pergi. Jangan kembali.
Kali ini
Sania patuh. Lari tunggang langgang
keluar gang. Bisa jadi karena pengaruh
hipnotis yang kuat atau mungkin karena melihat Sonya mengejar sambil mengangkat
pisau tajamnya. Sahabatnya itu jauh
lebih mengerikan dibanding Vlad!
-----
Mata Sania berhenti
pada sebuah alamat website dengan sisipan berita kecil; Di antara kita ternyata hidup drakula.
Kalau tidak percaya buktikan sendiri.
Berbuatlah yang paling jahat, maka kalian adalah calon mangsanya yang
utama. Sila lihat selengkapnya kesaksian
saya di www.drakula.com. tertanda; Doktor
Van Helsing. Ahli drakula.
Sania
mengetik Doktor Van Helsing di alamat pencarian. Hanya 2 hal yang ditemukan. Film terkenal Van Helsing dari si macho Hugh Jackman
dan Doktor Van Helsing, ahli penyakit jiwa yang terjebak dalam pikiran gilanya
dan akhirnya menjadi gila sehingga dirawat sebagai pasien di rumah sakit jiwa
bla bla bla.
Ampun. Ternyata doktor itu orang gila! Bagaimana dia bisa mempercayainya? Sania mengurungkan niat membuka www.drakula.com.
Tapi
Vlad? Taringnya itu? Matanya itu?
Penuh cinta. Eh bukan ah, semerah
saga! Sania sampai bingung sendiri
memilah-milah antara kebenaran dengan harapan.
Duh bagaimana ini. Belum pernah
sampai seumur sekarang ini Sania merasakan getar aneh di dadanya. Lalu, kalau memang benar Vlad ternyata
drakula, apakah ada rumus cinta yang boleh menautkan dua hati antara manusia
dan drakula? Eh tapi, punyakah drakula hati?
Sania
terkekeh. Sadar kalau dirinya kini
berada di antara stress dan jatuh cinta.
-----
Vlad melamun
di atas puncak gedung tinggi. Mengusap
sedikit darah sang pejabat yang tersisa di ujung mulutnya dan menyecapnya. Pahit!
Menurut ilmu medis drakula, darah dari mangsa terbaik memang pahit. Tapi sehat.
Bisa menjaga kebugaran dan menambah panjang umur drakula.
Vlad
kekenyangan. Rasanya ingin masuk peti
mati dalam rumahnya lalu tidur lelap.
Matahari terlalu panas. Catatan
kedua; drakula di zaman cerita ini dibuat
memang tidak takut cahaya matahari.
Bahkan sebagian drakula perempuan memilih berjemur atau tanning untuk
mencoklatkan kulit mereka yang teramat sangat pucat.
Tapi
bayangan Sania melintas terus di matanya.
Vlad, sesosok drakula dari kasta tertinggi, seorang pangeran, jatuh
cinta pada seorang manusia? Vlad
menggeleng-gelengkan kepala mengusir galau
yang mulai tumbuh cepat di hatinya.
Belum pernah
ada dalam sejarah drakula menikah dengan manusia. Kalaupun ada maka manusianya harus digigit
terlebih dahulu untuk dijadikan drakula.
Barulah pernikahan bisa dilaksanakan.
Karena itulah yang berlaku di catatan sipil drakula.
Hmmm, besok aku harus bicara dengan gadis
itu. Ini harus segera dibereskan. Kalau tidak, lama-lama aku bisa menjadi
drakula yang gila! Vlad memutuskan.
-----
Jakarta, 19
Juni 2018
Bersambung ke bagian 3 dari 3 bagian....
drakula mabuk kepayang..hehehehe.
BalasHapussae pisan.
hehehe
HapusMengikuti cerbung yang apik ini☺️👍
BalasHapussiiippp!
HapusWah!
BalasHapus